Perjalanan ke Makassar; Antara Strategi, Solidaritas, dan Semangat Komunitas

$rows[judul]

Filosofinews.com., Makassar, 8 Maret 2025 – Perjalanan pulang ke Makassar dari Kabupaten Parepare bagi Duo Datuak, H. Ferry Taslim., S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo dan Isnaini Al Ihsan., S.H., Dt. Mangkuto Alam, berlangsung dalam suasana penuh refleksi dan diskusi mendalam. Beliau berdua baru saja menyaksikan laga sengit antara PSM Makassar dan Persebaya Surabaya dalam lanjutan BRI Liga 1 2024/2025 di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare. Sayangnya, pertandingan tersebut berakhir dengan kekalahan tipis bagi tim tuan rumah, setelah gol tunggal Francisco Rivera membawa Persebaya meraih kemenangan 0:1.



Meski kecewa dengan hasil pertandingan, Duo Datuak tetap memanfaatkan perjalanan pulang untuk membahas perkembangan organisasi IKM Sapayuang yang kini telah memiliki legalitas resmi dan diakui secara hukum. Dengan terbitnya Akta Pendirian Notaris serta Surat Keputusan dari Menteri Hukum Republik Indonesia, IKM Sapayuang semakin mantap dalam langkahnya untuk menjadi organisasi yang lebih baik dan profesional ke depan.

Legalitas Resmi, Fondasi Kuat bagi IKM Sapayuang

Dalam diskusi tersebut, Dt. Toembidjo menyoroti bahwa pengesahan legalitas IKM Sapayuang bukan sekadar formalitas administratif, tetapi merupakan pijakan fundamental dalam membangun organisasi yang lebih solid dan kredibel. Dengan status hukum yang jelas, organisasi ini dapat lebih leluasa dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya serta masyarakat Minangkabau di Sulawesi Selatan.

"Adaik Basandi Syara', Syara' Basandikan Kitabullah," sebuah prinsip yang menegaskan bahwa setiap langkah dalam membangun organisasi harus berlandaskan aturan yang kuat dan nilai-nilai yang benar. Dengan demikian, legalitas bukan hanya sekadar dokumen, tetapi juga cerminan komitmen untuk menjaga marwah dan keberlanjutan organisasi.

Langkah besar ini juga memberikan legitimasi yang lebih kuat bagi IKM Sapayuang dalam menjalin kerja sama dengan pemerintah, instansi swasta, dan berbagai pihak lainnya. Dengan demikian, organisasi ini dapat lebih aktif dalam memperjuangkan kepentingan anggotanya serta mengembangkan potensi ekonomi dan sosial masyarakat Minangkabau di perantauan.

Jumat Berkah Sapayuang: Program Kerja yang Berjalan Optimal

Salah satu program kerja yang menjadi kebanggaan IKM Sapayuang adalah "Jumat Berkah Sapayuang" yang dijalankan oleh Ikatan Saudagar Minangkabau Sapayuang Sulawesi Selatan (IKASMIN-SS) sebagai organisasi fungsional atau sayap dari IKM Sapayuang. Kegiatan ini telah berjalan dengan optimal dan konsisten, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan anggota IKASMIN-SS melalui berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.

Program ini secara rutin setiap hari jum'at mengadakan kegiatan berbagi makanan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan, baik kaum dhuafa dan fakir miskin yang mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong khas Minangkabau. Kesuksesan program ini menjadi bukti nyata bahwa organisasi ini tidak hanya hadir sebagai wadah silaturahmi, tetapi juga sebagai pilar sosial dan ekonomi bagi anggotanya, papar Dt. Mangkuto Alam.

Peran Strategis Duo Datuak dalam Organisasi

H. Ferry Taslim, S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo merupakan Asisten Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan yang juga dipercaya sebagai Komite Etik & Pengawasan IKASMIN-SS. Sementara itu, Isnaini Al Ihsan, S.H., Dt. Mangkuto Alam menjabat sebagai Sekretaris Jenderal IKASMIN-SS. Keduanya juga merupakan anggota Dewan Pembina IKM Sapayuang, yang memiliki peran penting dalam memberikan arahan dan kebijakan strategis bagi organisasi ini.

Sebagai tokoh yang memiliki pengalaman luas dalam bidang hukum dan organisasi, keterlibatan mereka dalam IKM Sapayuang semakin memperkokoh fondasi kepengurusan serta memastikan bahwa setiap program dan kebijakan yang diambil memiliki dasar hukum yang kuat serta selaras dengan visi dan misi organisasi.

Dalam falsafah Minangkabau, pemimpin ibarat "Tagak samo tinggi, duduak samo randah", yang bermakna bahwa kepemimpinan harus dijalankan dengan musyawarah dan kebijaksanaan, tanpa mengedepankan kepentingan pribadi. Peran strategis Duo Datuak ini mencerminkan nilai "Bajanjang naiak, batanggo turun", yakni kepemimpinan yang berjenjang dan terstruktur, memastikan kesinambungan serta arah yang jelas bagi organisasi.

Sebagaimana pepatah Minangkabau mengatakan:

“Ibaraik kayu gadang di tangah koto, Tinggi nan tampak jauah, Dakek jolong basuo, Ureknyo tampek baselo, Batangnyo tampek basanda, Daunnyo tampek balinduang, Tampek balinduang kapanehan, Tampek bataduah kahujanan, Dahannyo tampek bagantuang, Daunnyo rimbun dek adaik, Buahnyo kato nan bana, Ka pai tampek batanyo, Ka pulang tampek babarito”

Beliau berdua menjadi tempat bersandar bagi anggota, serta naungan yang memberikan perlindungan bagi kemajuan organisasi. Dengan bimbingan dan kebijakan yang beliau berdua jalankan, IKM Sapayuang akan terus berkembang dan memberikan manfaat bagi para warga Minangkabau di perantauan.

Harapan dan Langkah ke Depan

Dengan legalitas yang telah diperoleh dan program kerja yang berjalan dengan baik, Duo Datuak optimis bahwa IKM Sapayuang akan terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi warga Minangkabau di Sulawesi Selatan. Beliau berdua juga berharap agar seluruh anggota semakin aktif dalam berkontribusi dan bersinergi untuk membawa organisasi ini ke tingkat yang lebih tinggi.

Seiring perjalanan pulang yang semakin mendekati Makassar, Duo Datuak menyadari bahwa perjuangan membangun organisasi yang kuat dan berdaya guna masih panjang. Namun, dengan tekad dan semangat yang terus menyala, masa depan IKM Sapayuang diyakini akan semakin gemilang.

No Toembidjo, No Harmony – No Mangkuto Alam, No Legacy

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)