Lebih dari Sekadar Pantun: Makna dan Fungsi Pasambahan dalam Adat Minangkabau

$rows[judul]

Oleh: H. Ferry Taslim, S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo

Penghulu Suku Melayu, Nagari Kapau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat
Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan


Dalam adat Minangkabau, pasambahan merupakan salah satu warisan budaya lisan yang sangat penting. Ia berbentuk pantun yang sarat makna, berisi ungkapan hikmah, permohonan izin, permintaan maaf, serta penghormatan kepada yang hadir, disampaikan secara adat dalam berbagai upacara tradisional.

Pasambahan bukan sekadar untaian kata-kata indah, melainkan landasan komunikasi adat yang menjunjung tinggi kesopanan (baso-basi) serta mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Ia menjadi simbol kesantunan dalam bermusyawarah, bertindak, dan berinteraksi dalam ruang-ruang sosial Minangkabau.

Ciri Khas dan Struktur Pasambahan

  1. Bentuk Pantun:
    Tersusun dari sampiran dan isi, menggunakan bahasa kiasan (bahaso kias), peribahasa (pepatah-petitih), dan perumpamaan.

  2. Bahasa Adat (Bahaso Adat):
    Mengandung kosakata khas, susunan kalimat formal, serta aturan tutur sesuai hubungan sosial dan kekerabatan, yang dikenal dengan kato nan ampek.

  3. Muatan Nilai:

    • Hormat dan Sopan Santun (Baso-basi): Menghormati tamu, ninik mamak, dan pemangku adat.

    • Permohonan Izin dan Maaf: Mengawali segala kegiatan dengan restu serta mengakui keterbatasan sebagai bentuk kerendahan hati.

    • Musyawarah dan Kesatuan: Menjunjung mufakat dan kebersamaan.

    • Kearifan Lokal: Menyampaikan nasihat hidup berdasarkan falsafah Minangkabau.

  4. Disampaikan oleh Ahlinya:
    Biasanya oleh tukang pasambahan atau urang pandito—seseorang yang memahami seluk-beluk adat serta fasih dalam berbahasa adat.

Contoh Ringkas Pasambahan Penerimaan Tamu

Sambutan Datuak Pamuncak (Pemuka Adat):

"Lah tabik basamo tabek... Alhamdulillah puji syukur ka Tuhan nan Esa, Tatagak basamo batanggo, Tadiri basamo cupak. Kami ninik mamak di nagari ko, Mangapo denai mancaliak, Ameh bajuntai dari langik, Padi masak mangkuang mambaok, Tibo di ujuang koto kamari... Samo lah tibo di rumah kami nan buruak, Rumah bapintu kayu balantai bambu, Tadapek nan balapis ameh, Tadapek nan balantai perak... Maafkan kami nan indak tahu baso, Indak tahu di nan indak... Samo dipanggia urang kampuang, Duduak basamo bajelo-jelo, Makan basamo balapah-lapah..."

Makna Umum:

  • Pembukaan dengan salam dan puji syukur.

  • Ungkapan penghormatan atas kedatangan tamu yang dimuliakan.

  • Permohonan maaf atas keterbatasan tempat dan sambutan.

  • Pengakuan atas ketidaktahuan adat atau bahasa.

  • Ajakan untuk duduk dan makan bersama dalam suasana kekeluargaan.

Fungsi Pasambahan dalam Berbagai Acara Adat

  1. Penyambutan Tamu Agung: Sebagai bentuk penghormatan atas kedatangan tamu kehormatan.

  2. Pernikahan (Baralek): Digunakan dalam proses meminang, meminta izin, prosesi akad, hingga penyambutan pengantin.

  3. Pengangkatan Penghulu (Batagak Pangulu): Mengawali prosesi pengukuhan dengan restu dan penjelasan maksud.

  4. Musyawarah Adat: Untuk membuka rapat, menyampaikan pendapat, dan mencapai mufakat.

  5. Mendirikan Rumah atau Membuka Ladang: Permohonan izin secara adat kepada alam dan pemuka.

  6. Upacara Kematian: Menyampaikan belasungkawa dan menghormati jenazah serta keluarga yang ditinggalkan.

  7. Syukuran: Mengungkapkan rasa syukur atas nikmat dan keberkahan.

Nilai Inti dalam Pasambahan

  • Kato Nan Ampek:
    Aturan tutur berdasarkan relasi:

    • Kato mandata (ke bawah)

    • Kato manurun (ke atas)

    • Kato malereng (ke sejajar)

    • Kato mandaki (ke yang lebih tua atau lebih tinggi)

  • Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah:
    Menunjukkan bahwa adat Minangkabau berdiri kokoh di atas ajaran Islam dan nilai-nilai Al-Qur’an.

  • Tenggang Rasa:
    Menjaga perasaan dan keharmonisan dalam berinteraksi.

  • Malu dan Sopan:
    Menjunjung harga diri, martabat, dan kehormatan pribadi maupun kolektif.

Kesimpulan

Pasambahan adalah inti komunikasi dalam adat Minangkabau—lebih dari sekadar formalitas, ia merupakan sarana pelestarian bahasa, nilai-nilai luhur, serta tata krama yang menjadi identitas masyarakat Minang. Di dalamnya terpatri semangat penghormatan, permohonan izin, dan permintaan maaf yang mengakar dalam budaya.

Dengan pasambahan, segala urusan diawali dan diakhiri dengan adab, mencerminkan betapa dalamnya budaya Minangkabau menghargai kesopanan, kebersamaan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)