Filosofinews.com., Makassar, 9 Februari – Perayaan Anniversary ke-5 Pernikahan Isnaini Al Ihsan., S.H., Dt. Mangkuto Alam dan St. Nursyamsi Syarifuddin., S.Sos., M.M., berlangsung dengan penuh kehangatan dan kemewahan di atas kapal wisata Phinisi Adama, yang berlayar di perairan Pantai Losari – Pulau Samalona, Makassar.
Acara ini dihadiri oleh sekitar lebih kurang seratus tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk tokoh penting dari pemerintahan, militer, perbankan, serta organisasi masyarakat.
Turut hadir dalam perayaan ini Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara Kejati Sulsel H. Ferry Taslim, S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo, Pamen Ahli Bidang Ilpengtek Poksahli Pangdam XIV/Hasanuddin Kol. Inf. Indra Kurnia, S.Sos., M.Si, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan Ricky Satria, Ketua Ikatan Keluarga Minangkabau Sapayuang Sulawesi Selatan (IKM Sapayuang Sulsel) H. Ir. Akmal Mustafha, Ketua Presidium Ikatan Saudagar Minangkabau Sapayuang Sulawesi Selatan (IKASMIN-SS) Sauki Mangkuto Sutan, Ketua Ikatan Bundo Kanduang Sapayuang Sulawesi Selatan Rangkayo Samriati Samir serta Direktur Operasional PT. KIMA Ir. Alif Usman Amin, MBA, IPM, ASEAN Eng.
Isnaini Al Ihsan., S.H., Dt. Mangkuto Alam, adalah seorang Datuak/Niniak Mamak/Penghulu Minangkabau sekaligus Sekretaris Jenderal Ikatan Saudagar Minangkabau Sapayuang Sulawesi Selatan (IKASMIN-SS). Sementara istri beliau, St. Nursyamsi Syarifuddin, S.Sos., M.M., atau yang akrab disapa Anchi dengan Paddengang Daeng Kanang merupakan seorang ASN di Pemprov Sulsel. Pasangan ini pertama kali bertemu di Pattaya, Thailand, pada sekitar tahun 2018 saat Anchi dan rombongan dari RSKD. Dadi Sulsel ke Negeri Gajah Putih tersebut dan Dt. Mangkuto Alam tengah menjalani long trip tiga negara (Malaysia, Singapore, Thailand). Sejak saat itu, komunikasi mereka berlanjut hingga kembali ke Indonesia, yang akhirnya membawa mereka ke jenjang pernikahan pada 8 Februari 2020, yang kini memasuki usia lima tahun.
Dalam tradisi Bugis Makassar, seorang menantu laki-laki dari luar diberikan Paddaengang.
Dt. Mangkuto Alam dianugerahi paddaenggang Daeng Serang oleh keluarga
istri beliau, yang merupakan keturunan Karaeng Lengkese.
Acara ini berlangsung dengan meriah, menampilkan berbagai hiburan budaya
yang mencerminkan perpaduan adat Minangkabau dan Bugis Makassar.
Sebagai puncak acara, para tamu menikmati makan bajamba—tradisi
makan bersama dalam satu wadah khas Minangkabau—dengan menu utama cancang
kambiang yang menggugah selera. Tradisi ini mencerminkan nilai
kebersamaan dan penghormatan dalam budaya Minangkabau.
Sambutan Para Tokoh:
H. Ferry Taslim, S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo menyampaikan, "Saya
merasa sangat bahagia bisa menjadi bagian dari perayaan ini. Lima tahun
bukanlah perjalanan singkat dalam rumah tangga. Ini adalah bukti dari
kebersamaan, saling memahami, dan saling mendukung. Semoga pasangan Dt.
Mangkuto Alam dan Anchi terus berbahagia, diberkahi kesehatan, dan
semakin sukses dalam karier serta kehidupan keluarga."
Kol. Inf. Indra Kurnia, S.Sos., M.Si turut memberikan ucapan selamat,
"Pernikahan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan
kerja sama. Saya melihat pasangan ini sebagai contoh bagaimana perbedaan budaya
bukanlah penghalang, melainkan menjadi kekuatan dalam membangun rumah tangga.
Selamat atas anniversary ke-5 ini, semoga tetap harmonis dan penuh
berkah."
Ricky Satria dari Bank Indonesia Sulawesi Selatan menambahkan, "Sebuah
pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang membangun masa depan
bersama. Pasangan ini telah menunjukkan bagaimana kolaborasi dalam rumah tangga
bisa membawa keberhasilan, baik secara personal maupun profesional. Semoga
terus menjadi inspirasi bagi banyak orang."
Ketua IKM Sapayuang Sulsel, H. Akmal Mustafha, juga mengungkapkan
apresiasinya, “Perpaduan budaya Minangkabau dan Bugis Makassar dalam
pernikahan ini adalah simbol persatuan yang indah. Semoga Daeng Serang dan
Daeng Kanang terus harmonis dan membawa manfaat bagi masyarakat.”
Acara ditutup dengan suasana penuh kebersamaan, mengukuhkan bahwa cinta dan
persatuan dalam pernikahan dapat terus berkembang seiring waktu.
Adat dan Budaya Minangkabau serta Bugis Makassar: Harmoni Dua
Imperium
Minangkabau dan Bugis Makassar adalah dua kebudayaan besar
yang memiliki nilai-nilai luhur dan filosofi hidup yang kuat. Minangkabau
dikenal dengan sistem matrilinealnya, di mana garis keturunan ditarik dari
pihak ibu, serta nilai musyawarah dalam falsafah "adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah". Budaya Minangkabau menjunjung tinggi nilai
kebersamaan, kehormatan keluarga, dan prinsip kemandirian.
Sementara itu, Bugis Makassar memiliki filosofi hidup yang berakar pada
falsafah "siri' na pacce", yang menekankan harga diri, keberanian,
dan solidaritas sosial. Budaya Bugis Makassar juga dikenal dengan struktur adat
yang kuat, di mana penghormatan terhadap leluhur dan pemimpin adat menjadi
bagian dari identitas.
Persatuan antara dua budaya ini mencerminkan harmoni dalam keberagaman. Baik
Minangkabau maupun Bugis Makassar menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, gotong
royong, dan kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Perpaduan kedua budaya
dalam pernikahan Dt. Mangkuto Alam dan Daeng Kanang menjadi simbol bagaimana
warisan leluhur dapat tetap lestari dalam kehidupan modern.
Dengan nilai-nilai luhur yang diwarisi dari generasi ke generasi,
Minangkabau dan Bugis Makassar menjadi contoh nyata bahwa adat dan budaya bukan
hanya warisan, tetapi juga pedoman dalam menjalani kehidupan yang harmonis dan
bermartabat.
Tulis Komentar