Filosofinews.com., Makassar (03/05) - Konsulat Jenderal Australia di Makassar untuk pertama kalinya menggelar Festival ‘Gig on the Green’ 2025, sebuah ajang silaturahmi bagi para alumni Australia yang dikemas dalam suasana santai dengan pertunjukan musik dan kuliner khas Negeri Kangguru.
Konjen Australia untuk Makassar, Todd Dias, menyampaikan bahwa kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun di Jakarta. Namun, pada 2025, Makassar menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya, bersama dengan Kupang.
“Kami selalu merayakan pencapaian para alumni Australia setiap tahun di berbagai kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Tahun ini, kami memilih Makassar sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi besar para alumni di Sulawesi Selatan,” ujar Dias, Sabtu (tanggal kegiatan).
Pemilihan Makassar bukan tanpa alasan. Tercatat sekitar 600 alumni Australia di Sulsel yang aktif berkiprah dalam berbagai sektor, mulai dari bisnis, akademisi, hingga pemerintahan.
Selain ajang temu alumni dan sesi berbagi pengalaman, festival ini juga dimeriahkan oleh penampilan spesial dari penyanyi asal Australia, Ngulmia. Musisi berdarah Aborigin ini dikenal lewat suaranya yang khas serta kecintaannya terhadap budaya dan tradisi leluhur, termasuk sejarah panjang hubungan antara masyarakat Adat Australia dengan pelaut Makassar.
Ngulmia membawakan musik yang memadukan cerita tradisional dalam bahasa asli Aborigin dengan aransemen kontemporer. Beberapa lagu dan gerakan tariannya bahkan terinspirasi dari budaya Makassar, termasuk penggunaan aksara Lontara yang muncul dalam desain sampul albumnya—merujuk pada aksara yang dahulu diperkenalkan oleh Kerajaan Gowa.
Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni Mahasiswa Australia (IKAMA), Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, menyambut baik inisiatif ini.
“Kegiatan seperti ini tidak hanya mempererat jejaring antaralumni, tapi juga menjadi jembatan kebudayaan antara Australia dan Indonesia, khususnya antara masyarakat Aborigin dan Suku Makassar yang punya sejarah panjang dalam interaksi budaya,” ungkap Prof. Jamaluddin.
Ia juga menambahkan bahwa filosofi pelayaran masyarakat Makassar, termasuk kearifan lokal dalam membaca arah mata angin dan kondisi cuaca di laut, telah lama memengaruhi tradisi pelaut Suku Aborigin di Australia bagian utara.
Tulis Komentar