Duo Datuak, No Toembidjo, No Harmony – No Mangkuto Alam, No Legacy!

$rows[judul]

Filosofinews.com., Makassar, 23 Februari 2025 – Sebuah pertemuan penuh makna antara dua sosok karismatik, Dt. Toembidjo dan Dt. Mangkuto Alam, menandai sebuah warisan kepemimpinan dan kebijaksanaan yang melekat erat dalam sejarah Minangkabau. Dalam sebuah acara eksklusif yang diadakan di Hotel Claro Makassar, kedua tokoh ini memperlihatkan sinergi luar biasa dalam menghidupkan kembali nilai-nilai adat dan filosofi bisnis yang telah diwariskan turun-temurun.

H. Ferry Taslim., S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo – Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Negeri Sulawesi Selatan yang dikenal sebagai pemikir strategis dengan pengalaman luas dalam dunia diplomasi dan hukum, bertemu dengan Isnaini Al Ihsan., Dt. Mangkuto Alam – IT Professional Hotel & Restaurant adalah seorang inovator dalam bidang Information Technology . Pertemuan ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga merupakan deklarasi komitmen bersama untuk mengembangkan potensi masyarakat Minangkabau dalam berbagai sektor, termasuk perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.

Dalam sambutan inspiratifnya, Dt. Toembidjo menegaskan pentingnya mempertahankan keseimbangan antara modernisasi dan nilai-nilai adat. "Kita bisa maju tanpa kehilangan akar. Justru dari akar itulah kita mendapatkan kekuatan sejati," ujar Asdatun Kejati Sulsel ini. Sementara itu, Dt. Mangkuto Alam menambahkan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah konkret untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis kearifan lokal.

Dalam jagat kepemimpinan dan kearifan lokal, dua sosok berpengaruh, Dt. Toembidjo dan Dt. Mangkuto Alam, telah membentuk fondasi kuat bagi harmoni dan warisan budaya yang tak lekang oleh waktu. Dengan tagline "No Toembidjo, No Harmony – No Mangkuto Alam, No Legacy", keduanya menjadi simbol keseimbangan dan kesinambungan dalam masyarakat adat dan bisnis.

Dalam berbagai kesempatan, mereka menunjukkan bahwa warisan sejati bukan sekadar materi, melainkan nilai, filosofi, dan pengaruh yang bertahan lintas zaman. Seperti dua sisi mata uang, Dt. Toembidjo dan Dt. Mangkuto Alam saling melengkapi—menciptakan harmoni.

Masyarakat Minangkabau di perantauan pun memandang kedua figur ini sebagai inspirasi. Melalui kebijakan, kepemimpinan, serta kontribusi mereka dalam memperkuat komunitas dan ekonomi, nama Duo Datuak akan terus sebagai mercusuar kebijaksanaan dan kejayaan.

No Toembidjo, No Harmony – No Mangkuto Alam, No Legacy

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)